Ada seorang
pemuda bernama Ahnaf Bin Qois, sepintas namanya tidak terlalu banyak dikenal
orang, ia seorang cacat, pincang kakinya, susunan giginya sangat tidak teratur,
kepalanya kecil, lehernya cenderung
lebih panjang dari normalnya, tubuhnya pendek, mukanya buruk, bola
matanya juling, seperti itulah fakta fisik dari Ahnaf, tapi dengan sejumlah
fakta penciptaan Allah swt terhadap dirinya, dia adalah seorang tokoh sastra
yang luar biasa, karyanya sangat fenomenal dan besar pengaruhnya dimasyarakat
Arab. AlJahiz, seorang pakar bahasa mengatakan, “kemampuan bahasa yang dimiliki
Ahnaf Bin Qois mengungguli orang Arab maupun non Arab”, sanjungan lainnya juga
datang dari tokoh sekaliber Imam Hasan AlBasri, dia mengatakan: “aku tidak
pernah melihat seseorang yang dimulyakan suatu kaum, melebihi mereka memulyakan
Ahnaf Bin Qois, bila Ahnaf murka maka ratusan ribu orang tanpa perlu bertanya,
apa alasan kemurkaannya itu, dia adalah orator, khatib, seseorang yang bijak
dan pandai”
Adalah Abdullah
Bin Ummi Maktum, seorang tokoh sahabat senior yang ikut hijrah dari Mekkah ke
Madinah Al-munawwarah, dia adalah seorang yang buta, tetapi dia adalah seorang
muadzin Rosolullha saw disamping Bilal Bin Robah, Sa’ad AlQiraz, Abu Mahdzuroh,
Rosulullah saw sangat menghormati Abdullah Bin Ummi Maktum, beliau memberikan
amanah kepadanya dua kali untuk mengepalai Madinah, dia tidak ikut berperang,
dia pula yang berkata “berikan kepada saya petunjuk, karena saya buta dan tidak
mampu berlari tanpa panduan, letakkan saya ditengah-tengah dari dua pasukan”
Diriwayatkan
oleh Qotadah dari Anas Bin Malik bahwa Abdullah Bin Ummi Maktum memegang panji
berwarna hitam pada saat peperangan Qodisiyah.
Lihatlah Syeikh
Ahmad Yasin, dia tidak bisa menggerakkan tubuhnya, kecuali kepalanya, tapi dari
kursinya, ia mampu memimpin intifadhoh Palestinan yang diberkahi, dengan
keterbatasan fisiknya dia menjadi tokoh ketangguhan, pengorbanan, jihad dan
kemulyaan. Sejarah hidupnya penuh dengan pengorbanan dan jihad, sampai seorang
tokoh ulama ghaza Syaikh Kamil Baltaji mengatakan: “saya mengelilingi
sudut-sudut ghaza, jengkal demi jengkal dengan Syaikh Ahmad Yasin sebelum ia
ditimpa lumpuh seluruh tubuhnya, ia berjalan perlahan dengan tongkat dan
bersandar ditubuhku, saya membantu menopangnya dengan tenagaku”
Masih ada
sederet nama tokoh lain, sebut saja Aban Bin Utsman, seorang bisu, menderita
penyakit kulit, tetapi namanya masuk dalam deretan sepuluh ulama kota Madinah
yang terkenal, Muhammad Bin Sirrin, seorang bisu, tapi dia Faqih, ulama dan
sastrawan, Mughiroh bin Syu’bah Ats-Tasqofi seorang yang salah satu matanya
buta, tapi dia juga menjadi salah satu penulis wahyu, dia juga pandai dan
cerdas yang sangat disegati oleh masyarakat arab ketika itu, Muadz Bin Jabal
adalah seseorang pinjang berjalan, tetapi rosulullah saw memujinya dengan
sabdanya “umatku yang paling memahami tentang halal dan haram adalah Muadz Bin
Jabal”
Nama-nama mereka
terkenal dengan orang yang memilki kekurangan secara fisik tetapi tertutupi
oleh kemampuan dan kecerdasan yang dimilikinya, sehingga benarlah sabda
Rosulullah saw “sesunggunya Allah swt tidak melihat pada bentuk tubuh
kalian, tidak juga pada harta, tetapi Allah melihat hati dan amal kalian” (HR.
Muslim)
Mereka adalah
orang cacat yang mampu memahami kecerdasan yang dimiliki dan mampu melihat
kekurangan dalam dirinya, kejelihannya dalam menilai diri menjadikannya fokus
mengembangkan kemampuan yang dimilikinya.
Mereka bukanlah
tipe yang menyerah dengan keadaan, bayangkan bila mereka membiarkan dirinya
tanpa perhatian dan tanpa upaya untuk mengembangkan kemampuannya, maka mereka
akan semakin terpuruk dan merasa tidak mempunyai peran serta kontribusi dalam
kehidupan ini. Mereka adalah orang cacat yang mampu menemukan dan memunculkan
potensi yang dimilikinya, memunculkan penemuan baru yang beragam, sehingga
mampu memainkan peran yang tidak dimiliki oleh orang yang normal sekalipun.
Kisah mereka
menjadi inspirasi bagi mereka yang memilki keterbatasan fisik, mereka tidak
pernah menyerah dengan keadaan apalagi mengalahkan Dzat Allah swt, selalu ada
hikmah dibalik itu semua, sebagai orang tua dan guru, tugas utama adalah
menyakini bahwa tidak ada produk Allah Swt yang gagal, pasti ada kelebihan
dibalik kekurangan, bahagialah bagi mereka yang diberikan amanah dengan anak
yang memiliki keterbatasan, karena pasti disitu ada kelebihan yang tersimpan,
tinggal kita menggalinya dan menjadikannya perkembang sampai sang anak
menemukan hasil akhir dalam kehidpuannya meskipun orang lain memandangnya
dengan kekurangan, dengan kreatifitas dan hasil karya kekurangan akan tertutupi
bahkan menjadiakannya sebagai inasan terpandang.
oleh: Abdul Aziz
Darji, Lc
(Kepsek SMPIT AL
USWAH Tuban)
0 komentar: